Start Up Go International? Why Not?!

"Digitalisasi telah membawa banyak perubahan termasuk dalam pola konsumsi masyakat. Go-Jek bisa menjadi contoh bagi para pebisnis pemula untuk tidak takut dan berani melihat peluang di masa depan."

Indonesia patut berbangga karena salah satu perusahaan start up besutan anak bangsa di bidang transportasi yaitu Go-Jek akan segera mengaspal di Malaysia. Layanan transportasi online berbasis aplikasi itu telah mendapat lampu hijau dari Kabinet Malaysia untuk beroperasi di negara tersebut.

Usut punya usut, Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia Syed Saddiq sebelumnya telah membuat jajak pendapat melalui twitter tentang Go-Jek dan hasilnya menunjukkan 88% warganet Malaysia setuju dengan kehadiran Go-Jek.

Menteri termuda Malaysia berusia 26 tahun itu menakar peluang start up unicorn asal Indonesia, Go-Jek, akan membantu perekonomian Negeri Jiran. Berkaca dari pertumbuhan Go-Jek di Tanah Air, bahkan di Thailand dan Singapura, hanya dalam kurun kurang dari setahun telah mampu menciptakan ratusan peluang kerja baru.

Menurut Pakar Transportasi Malaysia Rosli Azad Khan, nilai pendapatan kelompok usia produktif di beberapa negara yang sudah bekerja sama dengan Go-Jek naik hingga 40%. Go-Jek pun diharapkan bisa menjadi transportasi pilihan menuju ke stasiun transportasi umum lainnya seperti MRT dan LRT lantaran tarifnya yang lebih murah.

Dari segi undang-undang, Rosli menegaskan tidak perlu lagi ada pembahasan. Pemangku kepentingan di Malaysia cukup melihat bagaimana Indonesia menjalankan bisnis jasa transportasi seperti Go-Jek sehingga mereka hanya perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik konsumen saja.

Meskipun di lain sisi, tak dinafikkan, keputusan Kabinet Perdana Menteri Mahathir Mohamad untuk menerima kehadiran Go-Jek di negara Upin-Ipin tersebut kemudian menuai pro dan kontra. Laiknya saat Go-Jek pertama kali hadir di Indonesia juga tidak lantas mendapat sambutan positif dari semua pihak.

Rencana kehadiran Go-Jek di Malaysia sontak menyulut protes dari para pengusaha taksi konvensional di sana. Mereka menilai keputusan Kabinet Malaysia sebagai langkah mundur dan malah akan menambah masalah, sebab, persoalan taksi online (Grab) dengan taksi konvensional pun sampai saat ini urung tuntas.

Lagi-lagi, ia menyebut Go-Jek bukanlah sebuah bisnis ataupun pekerjaan yang menjanjikan bahkan tidak akan menjamin masa depan anak muda Malaysia. “Kita (anak muda Malaysia) pantas mendapatkan yang lebih baik dari itu,” tutur Shamsubahrin Ismail, Pendiri Big Blue Taxi, mengutip Free Malaysia Today.

Antara Malaysia dan Indonesia dinilai memiliki banyak perbedaan termasuk budaya. Atas dasar itu, Shamsubahrin menganggap bahwa seharusnya pemerintah Malaysia tidak mendorong anak muda untuk menjadikan ojek online sebagai mata pencaharian karena sejatinya masih banyak pekerjaan permanen lain yang bisa ditawarkan kepada kaum muda.

Kebanggaan negara

Pendiri sekaligus CEO Go-Jek Group Nadiem Makarim mengklaim ekspansi Go-Jek ke luar negeri sebagai kebanggaan negara. Selain Malaysia, Go-Jek telah lebih dulu merambah ke Vietnam, Singapura, dan Thailand, serta Filipina yang kendati hingga kini masih terbentur masalah regulasi.

“Jarang sekali Indonesia bisa menjadi pemain nomor 1 atau nomor 2 di negara-negara lain. Ojek menjadi simbol kejayaan kita. Gopay dan layanan inklusi keuangan yang jadi evolusi,” tutur Nadiem.

Terlepas dari itu semua, ekspansi Go-Jek ke Malaysia serta beberapa negara lain di Asia Tenggara telah membuktikan bahwasanya putra-putri Tanah Air telah sanggup dan mampu menciptakan karya terbaik yang laik diakui oleh dunia.

Seiring kemajuan zaman, generasi muda pun dituntut wajib melek terhadap perkembangan teknologi digital. Tak terelakkan lagi kalau digitalisasi telah membawa perubahan, termasuk cara hidup masyarakat di berbagai belahan dunia. Go-Jek dan juga transportasi online sejenis lainnya di Indonesia bukan lagi sekadar alternatif transportasi melainkan pilihan utama masyarakat, khususnya kaum urban.

Keberhasilan Go-Jek di dalam negeri hingga akhirnya dilirik oleh sejumlah negara juga menandakan terbukanya peluang bisnis di bidang jasa transportasi online. Lebih dari itu, jika ditelaah kemudian, peluang tersebut bisa saja muncul dari berbagai jenis usaha lain yang tentu saja sejalan dengan keinginan konsumen masa kini.

Bagi generasi milenial, menjadi pebisnis adalah keniscayaan. Terlebih di era digital, ada banyak sekali peluang untuk sukses menjalankan bisnis asalkan mampu menguasai teknologi serta cerdik membaca kemungkinan berhasil atau tidak dari usaha yang akan dijalankan.

Hanum Adeeva.S

Mahasiswi, Domisili di Bandung