KEMENKO PMK -- Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Lilik Kurniawan menjelaskan, pemerintah berkomitmen terhadap kebijakan pengelolaan wilayah sungai dalam tata ruang dan antisipasi kekeringan dalam strategi pengurangan risiko bencana.
Hal tersebut disampaikannya saat mejadi keynote speaker dalam Kongres Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (KGRSI) dan Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia (GMAHI), yang diselenggarakan oleh Sekolah Vokasi UGM, secara hybrid pada hari Rabu (7/5/2025).
Lilik menegaskan, Kemenko PMK Koordinator mendorong upaya kolaborasi multi pihak antara Pemerintah, Lembaga Akademik, Komunitas, Swasta, dan Masyarakat, dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi sebagai solusi strategis untuk menghadapi ancaman bencana kekeringan, melalui gerakan restorasi sungai dan gerakan memanen air hujan.
"Diperlukan beberapa pendekatan yang meliputi, pengelolaan sumber daya air berkelanjutan, spatial based management untuk pengelolaan daerah aliran sungai, konsep pengurangan risiko bencana (pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, dan peringatan dini), serta pendeketan sistem dengan melibatkan multi pihak," ujar Deputi Lilik.
Kongres Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (KGRSI) dan Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia (GMAHI) tersebut mengusung tema, “Gerakan Penyelamatan Sumber Air Indonesia untuk Kesejahteraan, Ketahanan Pangan dan Air”. Kongres tersebut bertujuan untuk membahas optimalisasi pemanfaatan air hujan dan memberikan proteksi kebersihan ekosistem sungai melalui aksi nyata yang meliputi, edukasi, pembersihan sungai, serta pengembangan inovasi untuk pengelolaan air hujan dihadiri berbagai kalangan penggiat lingkungan.
Selanjutnya, dalam rangka mendukung gerakan restorasi sungai dan memanen air hujan membutuhkan kolaborasi multipihak untuk pengurangan resiko bencana banjir yang lebih holistik dengan mempertimbangkan antisipasi bencana kekeringan. Selain itu, pengelolaan daerah aliran sungai juga dapat dilakukan penanganan secara terintegrasi dari sisi hulu, tengah, dan hilir