KEMENKO PMK — Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK, Lilik Kurniawan, menegaskan pentingnya memperkuat kesiapsiagaan dan kolaborasi pentahelix dalam menghadapi risiko bencana yang makin kompleks.
Hal itu disampaikan saat memberikan sambutan dalam pembukaan Indonesia Disaster Management Summit (IDMS) 2025 di Perpusnas RI, Jakarta, pada Selasa (02/12/2025).
Kegiatan ini menjadi ruang strategis untuk merefleksikan capaian penanggulangan bencana sepanjang tahun, sekaligus membangun memori kolektif bangsa. Deputi Lilik membuka sambutan dengan menyampaikan duka cita atas rangkaian bencana yang melanda sejumlah daerah, mulai dari tanah longsor di Cilacap dan Banjarnegara hingga banjir dan tanah longsor yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Indonesia tercatat telah memiliki kemajuan signifikan sejak lahirnya UU Penanggulangan Bencana pada 2007 dan pembentukan BNPB pada 2008. Berbagai instrumen pengurangan risiko seperti peta risiko, rencana penanggulangan bencana, hingga kelembagaan PRB terus diperkuat. Namun, intensitas bencana yang tinggi menuntut kolaborasi yang lebih solid dan sistem yang lebih adaptif.
“Bencana seolah tidak pernah berhenti menghantam bangsa ini. Tetapi kita selalu menghadapinya bersama, dengan semangat kemanusiaan dan gotong royong. Ketangguhan tidak bisa dibangun sendiri-sendiri, ketangguhan hanya muncul jika kita bekerja dalam satu kesatuan,” ujar Lilik .
Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki tiga agenda besar penanggulangan bencana setiap tahun, yakni Rapat Koordinasi Nasional, Hari Kesiapsiagaan Bencana, dan Bulan Pengurangan Risiko Bencana, serta kini dilengkapi dengan IDMS setiap awal Desember untuk memperkuat dokumentasi, pembelajaran, dan konsolidasi lintas sektor.
Lebih jauh, Lilik menerangkan bahwa mandat Kemenko PMK mencakup sinkronisasi, koordinasi, dan pengendalian penanggulangan bencana lintas kementerian/lembaga, daerah, hingga unsur pentahelix. IDMS menjadi platform penting untuk menyelaraskan perencanaan, memperkuat kerja sama, serta memastikan rekomendasi kebijakan dapat dieksekusi secara nyata.
“IDMS ini bukan hanya acara tahunan. Ini rumah belajar bersama. Tempat kita mengurai tantangan, menegaskan peran masing-masing, dan memastikan seluruh upaya penanggulangan bencana terhubung dalam satu sistem nasional,” tegasnya.
Pada IDMS 2025, para pemangku kepentingan berbagi pengalaman dalam tiga sesi diskusi mengenai penanganan bencana, inovasi mitigasi, serta penguatan budaya sadar risiko. Lilik menegaskan bahwa ketangguhan harus menjadi budaya bangsa yang ditanamkan di keluarga, komunitas, hingga organisasi. Sistem peringatan dini, mitigasi struktural, serta kesiapsiagaan masyarakat merupakan tiga pilar yang harus berjalan bersamaan.
“Ketangguhan adalah budaya. Dengan kebersamaan, pengetahuan, dan inovasi, Indonesia bukan hanya mampu menghadapi bencana, tetapi mampu bangkit lebih kuat dari setiap tantangan,” pungkasnya.
Kemenko PMK juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang mendukung penyelenggaraan IDMS 2025, termasuk PT Astra International, UN Women, ASB, London School of Public Relations, BNPB, Bappenas, berbagai organisasi pentahelix, serta jejaring relawan kebencanaan di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini dihadiri oleh unsur pemerintah pusat dan daerah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dunia usaha, media, serta komunitas kebencanaan yang secara konsisten berkontribusi dalam memperkuat ketangguhan bangsa.